Rasa idiopatik dalam jiwaku menyeruak kala kulihat matamu..
Seolah dia mengajakku berbicara mengitari perihelium dan berotasi lebih cepat menghilangkan waktu..
Membuatku terjerumus semakin dalam tanpa sadar padahal iskemik mengisi aortaku..
Obstruksi namamu tak terjadi sekali dua kali saja..
Kian menumpuk menghiasi perifer tak berdaya..
Suaraku tercekat, pembuluh darahku stenosis ketika aku mencoba memanggilmu..
Hanya diam.. yang bisa kulakukan kala menatap fotosfera di retinamu..
Hatiku telah dibutakan cahaya itu..
Tapi..
Mungkin kau tak kan pernah tau..
Tidak akan pernah..
Biarlah kunikmati idiopatik ini..
Menunggumu dalam diam..
Menjadi lilin yang rela terbakar menerangi harimu..
Menjadi angin tak terlihat demi menyejukkan jiwamu..
Menjadi air tak tergenggam demi menghilangkan dahagamu..
Atau menjadi aku yang tak terasa keberadaannya di hatimu..
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus