Rabu, 09 April 2014

#1

Sudah hampir 30 hari semenjak aku meninggalkan kampungku karena lahan rumahku terkena penggusuran. Aku tinggal dirumah susun sekarang bersama Nenek, Kakak dan Adikku yang masih berumur 5 tahun sedangkan Ibu harus bekerja menjadi TKW di Malaysia demi menyambung kehidupan kami, sedangkan Ayah entah ada dimana sekarang. Kehidupan disini sangat rumit hampir tidak bisa digambarkan dengan kata-kata. Berbagai macam orang dengan berbagai karakter dan kebiasaan yang berbeda-beda tumpah ruah disini. Aku berusaha menyesuaikan diriku dengan lingkungan yang baru dan mencoba bersabar untuk memahami kondisi ku sekarang.
Tempat tinggalku yang baru ini berukuran hanya 10 x 10 meter dengan satu kamar tidur, satu kamar mandi  dan ruang tamu yang dipakai untuk hampir semua kegiatan dari menonton tv, makan bersama, ruang belajar, ruang bermain dan terkadang dipakai untuk ruang tidur karena sempitnya kamar tidur yang dipakai untuk sekeluarga.
Dentingan jam dinding yang terus berbunyi menunjukkan pukul 10 malam yang menandakan semua kegiatan di rumah susun ini mulai sunyi dan satu demi satu mulai memadamkan lampunya. Dan itu juga yang manandakan aku harus bergegas untuk melakukan pekerjaaan sampinganku sebagai penerjemah bahasa inggris yang sudah dua tahun kulakukan. Kutunggu sampai selarut ini karena aku tidak biasa memulai pekerjaanku dengan keadaan yang sangat bising diluar terlebih tetangga yang tepat tinggal diatasku selalu membuat gaduh dengan pertengkaran rumah tangga mereka yang hampir setiap waktu terjadi, sampai-sampai atap kamarku hampir runtuh karena kegaduhan yang mereka lakukan.  
Kuhidupkan lampu belajarku, kusiapkan beberapa lembar kertas yang berisi banyak paragraf yang harus aku terjemahkan kedalam bahasa indonesia dan kusiapkan secangkir kopi panas untuk membuatku terjaga sampai pekerjaanku selesai. Dan pelan-pelan aku mulai melakukan pekerjaan sampinganku tanpa membuat nenek, adik dan kakakku terbangun dari tidurnya.
Sejenak aku beristirahat untuk menghilangkan lelah di pundakku sambil sesekali membuka hordeng jendela untuk menghilangkan penat, dan ketika itu, aku melihat sesok wanita berambut panjang, dengan postur tubuhnya yang tinggi tapi sedikit membungkuk dengan memakai jaket biru muda tebal keluar dari ruangannya  sambil membawa tas ransel kecil berwarna hitam, kuperhatikan semenjak aku pindah kerumah susun ini aku belum pernah melihat wanita itu kecuali di malam hari dan hampir setiap jam 10 malam dia keluar dari tempat tinggalnya, entah apa yang dia lakukan.
Segera kuhilangkan pikiran buruk yang tiba-tiba muncul dari otakku, aku mulai lagi dengan pekerjaanku karena esok pagi aku harus memberikan hasil pekerjaanku ini. Aku tak mau mengecewakan pelangganku.
Tubuhku bergerak sendiri seperti ada yang mengoyang-goyangkan.. hah... aku terkaget sampai menumpahkan sisa kopi di cangkirku. Oh nenek ternyata yang membangunkanku sambil memukul-mukul pundak dan kepalaku nenek berusaha memarahiku menggunakan kertas yang sudah disipkannya dengan tulisan “ tidur di kamar, jangan dikursi, jangan tidur terlalu malam, cepat sana mandi..”  jika bisa bicara maka nenekku akan memarahiku habis-habisan, terkadang aku kasihan dengannya semenjak aku berumur 5 tahun nenekku bisu entah apa yang membuatnya seperti itu, dia tidak pernah cerita tentang alasannya. Tetanggaku yang lama pernah bilang kalau nenek dulu ketika muda adalah seorang sinden, entah benar atau tidak cerita itu, aku tak berani menanyakan padanya karena dia pasti akan memarahiku jika aku mengungkit masa lalunya apalagi kalau aku menyebut nama Ayah.
**
bLUkkk.... huh baru saja kubuka pintu. Sebuah bola langsung menghantam keningku.  Oh ternyata Joko  tetangga sebelahku yang terobsesi jadi pemain bola timnas, tapi sampai sekarang belum pernah menang main bola antar komplek.
Baru ingin lagi melangkahkan kaki, jalanku sudah terhalangi oleh kardus-kardus besar. Itu pasti kerjaan bu Neni yang selalu beli perabotan baru setiap bulan. Dan tak habis fikir seberapa besar ruangan di dalamnya sampai bisa menampung perabotan itu. Hah terpaksa aku harus memutar arah untuk pergi mengantarkan hasil pekerjaaanku semalam. Sambil membawa berkas terjemahan aku  cepat cepat melihat jam di tanganku sambil kupercepat langkah kakiku dan seperti dugaanku, aku hampir terlambat, jam 9 pagi ini aku harus langsung pergi ke taman untuk mengantarkan berkas .
Saat aku sudah  hampir sampai di taman tiba-tiba secara tak sengaja aku bertabrakkan dengan seseorang, sampai berkasku terlempar ke tengah jalan, segera cepat-cepat aku ambil berkas itu dan mengusap-usapnya dari kotoran yang menempel di permukaannya, dan ternyata orang yang menabrakku adalah sosok wanita yang setiap malam kulihat keluar dari tempat tinggalnya, wanita itu ternyata punya paras yang cantik, tak sempat aku meminta maaf dia sudah buru-buru pergi begitu saja tanpa mengucapkan sepatah katapun. Aku pun buru-buru ke taman untuk menemui pelangganku sebelum itu aku mengecek isi didalamnya barangkali kertasnya jadi terlipat gara-gara terjatuh tadi.
Setelah ku periksa aku keget tak percaya, itu bukan berkasku.. apa ini...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar