Sudah hampir 30 hari semenjak aku meninggalkan
kampungku karena lahan rumahku terkena penggusuran. Aku tinggal dirumah susun
sekarang bersama Nenek, Kakak dan Adikku yang masih berumur 5 tahun sedangkan
Ibu harus bekerja menjadi TKW di Malaysia demi menyambung kehidupan kami, sedangkan
Ayah entah ada dimana sekarang. Kehidupan disini sangat rumit hampir tidak bisa
digambarkan dengan kata-kata. Berbagai macam orang dengan berbagai karakter dan
kebiasaan yang berbeda-beda tumpah ruah disini. Aku berusaha menyesuaikan
diriku dengan lingkungan yang baru dan mencoba bersabar untuk memahami kondisi
ku sekarang.
Tempat tinggalku yang baru ini berukuran hanya
10 x 10 meter dengan satu kamar tidur, satu kamar mandi dan ruang tamu yang dipakai untuk hampir semua
kegiatan dari menonton tv, makan bersama, ruang belajar, ruang bermain dan
terkadang dipakai untuk ruang tidur karena sempitnya kamar tidur yang dipakai
untuk sekeluarga.
Dentingan jam dinding yang terus berbunyi
menunjukkan pukul 10 malam yang menandakan semua kegiatan di rumah susun ini
mulai sunyi dan satu demi satu mulai memadamkan lampunya. Dan itu juga yang
manandakan aku harus bergegas untuk melakukan pekerjaaan sampinganku sebagai
penerjemah bahasa inggris yang sudah dua tahun kulakukan. Kutunggu sampai
selarut ini karena aku tidak biasa memulai pekerjaanku dengan keadaan yang
sangat bising diluar terlebih tetangga yang tepat tinggal diatasku selalu
membuat gaduh dengan pertengkaran rumah tangga mereka yang hampir setiap waktu terjadi, sampai-sampai atap kamarku hampir runtuh karena kegaduhan yang mereka lakukan.
Kuhidupkan lampu belajarku, kusiapkan
beberapa lembar kertas yang berisi banyak paragraf yang harus aku terjemahkan
kedalam bahasa indonesia dan kusiapkan secangkir kopi panas untuk membuatku
terjaga sampai pekerjaanku selesai. Dan pelan-pelan aku mulai melakukan
pekerjaan sampinganku tanpa membuat nenek, adik dan kakakku terbangun dari
tidurnya.
Sejenak aku beristirahat untuk menghilangkan lelah
di pundakku sambil sesekali membuka hordeng jendela untuk menghilangkan penat,
dan ketika itu, aku melihat sesok wanita berambut panjang, dengan postur
tubuhnya yang tinggi tapi sedikit membungkuk dengan memakai jaket biru muda
tebal keluar dari ruangannya sambil
membawa tas ransel kecil berwarna hitam, kuperhatikan semenjak aku pindah
kerumah susun ini aku belum pernah melihat wanita itu kecuali di malam hari dan
hampir setiap jam 10 malam dia keluar dari tempat tinggalnya, entah apa yang
dia lakukan.
Segera kuhilangkan pikiran buruk yang tiba-tiba muncul dari otakku, aku mulai
lagi dengan pekerjaanku karena esok pagi aku harus memberikan hasil pekerjaanku
ini. Aku tak mau mengecewakan pelangganku.
Tubuhku bergerak sendiri seperti ada yang
mengoyang-goyangkan.. hah... aku terkaget sampai menumpahkan sisa kopi di
cangkirku. Oh nenek ternyata yang membangunkanku sambil memukul-mukul pundak
dan kepalaku nenek berusaha memarahiku menggunakan kertas yang sudah
disipkannya dengan tulisan “ tidur di kamar, jangan dikursi, jangan tidur
terlalu malam, cepat sana mandi..” jika
bisa bicara maka nenekku akan memarahiku habis-habisan, terkadang aku kasihan
dengannya semenjak aku berumur 5 tahun nenekku bisu entah apa yang membuatnya
seperti itu, dia tidak pernah cerita tentang alasannya. Tetanggaku yang lama
pernah bilang kalau nenek dulu ketika muda adalah seorang sinden, entah benar
atau tidak cerita itu, aku tak berani menanyakan padanya karena dia pasti akan
memarahiku jika aku mengungkit masa lalunya apalagi kalau aku menyebut nama
Ayah.
**
bLUkkk.... huh baru saja kubuka pintu. Sebuah
bola langsung menghantam keningku. Oh
ternyata Joko tetangga sebelahku yang
terobsesi jadi pemain bola timnas, tapi sampai sekarang belum pernah menang
main bola antar komplek.
Baru ingin lagi melangkahkan kaki, jalanku
sudah terhalangi oleh kardus-kardus besar. Itu pasti kerjaan bu Neni yang
selalu beli perabotan baru setiap bulan. Dan tak habis fikir seberapa besar
ruangan di dalamnya sampai bisa menampung perabotan itu. Hah terpaksa aku harus
memutar arah untuk pergi mengantarkan hasil pekerjaaanku semalam. Sambil membawa
berkas terjemahan aku cepat cepat
melihat jam di tanganku sambil kupercepat langkah kakiku dan seperti dugaanku,
aku hampir terlambat, jam 9 pagi ini aku harus langsung pergi ke taman untuk
mengantarkan berkas .
Saat aku sudah
hampir sampai di taman tiba-tiba secara tak sengaja aku bertabrakkan
dengan seseorang, sampai berkasku terlempar ke tengah jalan, segera cepat-cepat aku ambil berkas itu
dan mengusap-usapnya dari kotoran yang menempel di permukaannya, dan ternyata
orang yang menabrakku adalah sosok wanita yang setiap malam kulihat keluar dari
tempat tinggalnya, wanita itu ternyata punya paras yang cantik, tak sempat aku
meminta maaf dia sudah buru-buru pergi begitu saja tanpa mengucapkan sepatah
katapun. Aku pun buru-buru ke taman untuk menemui pelangganku sebelum itu aku
mengecek isi didalamnya barangkali kertasnya jadi terlipat gara-gara terjatuh
tadi.
Setelah ku periksa aku keget tak percaya, itu
bukan berkasku.. apa ini...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar