Sabtu, 20 Desember 2014

Rindu



Aku melepasmu dengan air mata di sapu tangan
Kamu tersenyum dan membalikan badan
Titik itu aku pikir akan jadi saat menunggu yang menyebalkan
Tapi di titik ini aku pikir kamu mau memberiku pelajaran yang sepadan
__
Mungkin cara mencintaimu yang aku salah
Membesarkanmu dengan harap dan kasih
Hingga aku kira kita tidak akan berselisih
Tapi nyatanya kita justru berpisah
__
Aku menelisik tatap matamu yang redup
Aku membayangkan bila kamu tidak hidup
Mungkin aku mau menyelundup
Agar kita tetap satu ruang lingkup
__
Biskuit dan teh hangat adalah sahabatku
Tapi cinta tak akan mengalahkan detak irama
Yang kau hadirkan pada pesta semu
Saat kali pertama kita berjumpa
__
Aku berkhayal bila kau masih ada
Aku berkhayal tentang seseorang yang mencintaiku dengan sempurna
Kamu kemana
Aku tak sanggup bila kau tak ada
­­__

Serba Salah



Kau suka bunga
Kuambilkan mawar untukmu
Ternyata kau lebih suka anggrek
Kukatakan bahwa langit itu biru
Tidak, langit hanya biru saat hari cerah, ucapmu
Ku ingin pergi ke bulan
Jangan, kau tak akan bisa ke sana, ucapmu
Kini ku tak tau apa yang harus kuberikan padamu
Ku tak berani mengatakan bahwa tanah itu berwarna coklat
Ku tak yakin bisa mengambil apel di atas pohon
Sudahlah, aku akan mengambil apel yang sudah jatuh saja

Bunga


Aku adalah sekuntum bunga yang tumbuh di pekaranganmu
Yang kau sirami setiap hari
Yang kau pupuk
Yang kau jaga dari rumput liar
Kau juga melakukan hal yang sama pada bunga-bunga lainnya
Aku menyukai perhatianmu
Aku menyukai kasih sayangmu
Lama kelamaan
Aku tak ingin kau menyirami bunga yang lain
Aku tak ingin kau merawat bunga yang lain
Namun apa daya
Aku hanyalah sekuntum bunga
Yang tak bisa melakukan apa pun untuk mencegahmu merawat bunga lain
Aku hanya bisa merekahkan mahkotaku untuk menunjukkan keindahanku

Selasa, 09 Desember 2014

Krayon

Kau datang kepadaku
Membawakan krayon 60 warna
Kau mewarnai hari-hariku dengan krayon itu
Kau berikan tawa canda selagi kau menggambar
Gambar yang penuh warna dan hidup
Gambar yang kau berikan padaku dengan sepenuh hati
Aku menerima krayonmu
Aku menerimamu yang menggambar lembaran-lembaran indah di sampingku
Aku menerima gambar-gambarmu
Tapi aku hanya sekedar menerimamu
Aku tidak ikut menggambar bersamamu
Aku hanya tertawa sekedarnya bersamamu
Kini kau pergi
Kau tinggalkan krayonmu di tanganku
Kucoba menggambar sendiri lembaran ceritaku
Kucoba menggunakan warna-warna cerah yang ada
Tapi hanya warna abu-abu yang bisa kuambil
Hanya gambar hitam putih yang bisa kuciptakan
Kenapa tak bisa kuciptakan gambar berwarna-warni seperti yang kau ciptakan dulu?
Kenapa?
....
Apakah saat kau pergi
Kau membawa serta hati dan perasaanku?

Senin, 08 Desember 2014

Message



Hape berbunyi, alarm bernyanyi
Notifikasi mati?!
Hape nyala, mati, nyala, mati
Inbox sepi?!

Mata terpejam, jari mengetik
Pending?!
Ketik nomor, tombol call
………..
Maaf pulsa anda tidak mencukupi

Matahari di Musim Hujan



Kau bagaikan matahari di musim penghujan
Sang mega menyamarkan hadirmu
Hujan mengiringi ketiadaan sinarmu
Saat sang mega sudah menumpahkan semuanya
Kau membuatkan pelangi indah untukku
Kau menghangatkanku lagi dengan sinarmu
Tapi hei, jangan lupa
Ini adalah musim penghujan
Ucap sang mega
Nikmatilah mataharimu sebelum kurenggut lagi dia darimu
Ku tak tahu
Kapan akan kurasakan lagi hangatnya sinarmu
Tapi saat musim penghujan telah berlalu
Dan saat sang mega sudah lelah untuk menghalangimu
Kuharap hanya aku yang kau sinari